Senin, 27 April 2020

HAENYEO ( WANITA LAUT)


Bicara tentang budaya, saya ingin berbagi tentang salah satu kekayaan budaya di Korea Selatan. Sangat menarik ketika kita berbicara tentang budaya. Setiap daerah unik dan kaya akan budayanya yang menjadi ciri khas suatu daerah tersebut khususnya pesisir korea yaitu Pulau Jeju. Di pesisir korea pulau Jeju terdapat kumpulan Haenyeo. 

Haenyeo yaitu wanita laut, mereka bekerja di laut dan menyelam mencari harta dibawah laut, uniknya mereka terdiri dari wanita-wanita berusia uzur diatas 70 bahkan ada yang berumur 91 tahun. Saya takjub melihat mereka, para nenek-nenek ini. Mereka memasang perlengkapan menyelam dan terlihat tidak ada lelah di wajah keriput mereka. Mereka terdiri dari 5 orang dan hanya ada 1 orang yang berusia dibawah 50 tahun. Henyeo mengangkat alat menyelam mereka masing-masing. Bisa kita bayangkan betapa berat sebuah pelampung dan jaring tempat menyimpan harta yang mereka dapat di dasar laut.

Harta itu berupa kekayaan laut seperti kerang dan rumput laut.
Haenyeo memiliki kapten,seperti kelompok pada umunya, sang kapten bertugas mengamati laut, melihat cuaca saat akan menyelam dan ketika cuaca bagus mereka segera memasang alat penyelam dan turun ke laut. Betapa indah gerakan mereka seperti halnya wanita masih muda yang sehat dan bugar. Mereka bisa menyelam di dasar laut selama 2 menit. Haenyeo telah terbiasa melakukan ini sejak umur mereka 12 tahun.

Setelah tahu tentang ini, saya membandingkan keadaan nenek-nenek negara lain khususnya di Indonesia, di mana mereka yang sudah berusia 50 tahun ke atas mulai berdiam di rumah, menjaga pola makan dan tidur mereka. Tidak bisa dipungkiri mereka selalu mengeluhkan tentang lutut dan sendi-sendi mereka yang sering sakit. Betapa indah dan kaya dunia ini.

Kamis, 03 Oktober 2019

PENGGUNAAN KATA PUANG DALAM KOMUNIKASI SEHARI-HARI

Di dunia ini memiliki beragam bahasa , terutama di Indonesia, ada bahasa bugis, bahasa jawa, bahasa sunda,dll

Kali ini saya akan membahas tentang salah satu kota atau daerah yang masyarakatnya mayoritas menggunakan bahasa bugis sebut saja Bone atau Watampone.

Setiap daerah pasti memiliki cara yang berbeda untuk menunjukkan sebuah penghormatan atau tata cara berkomunikasi misalnya dengan sebaya, dengan orang tua dan orang yang lebih muda dari kita, semua memiliki tata cara berkomunikasi.

Di daerah bugis khususnya Bone memiliki tata cara "Mappakaraja" atau penghormatan. Mappakaraja ini bisa kita lakukan dengan tindakan atau dengan ucapan.

Mappakaraja dengan tindakan contoh seorang anak muda lewat di depan orang yang lebih tua darinya dengan menggantungkan tangan kanannya sambil membungkuk ke bawah isyarat permisi.
Mappakaraja dengan ucapan contohnya dengan menggunakan kata-kata yahg disenangi orang bugis pada umumnya yaitu kata "Puang" atau "Puang Aji" bagi yang sudah melaksanakan Haji.

Kata Puang ini sering di alamatkan pada Siswa kepada gurunya, anak kepada paman atau bibinya,orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua, seseorang ang dari melaksanakan Haji, memiliki status keturunan Raja alias "andi", memiliki status sosial tinggi di daerahnya misal seorang Lurah, Camat, dan lain-lain yang berkaitan dengan banyak harta.

Kadang ada juga seorang penjual berbicara kepada pembelinya dengan memanggilnya Puang dengan maksud pembeli adalah Raja.

Kata puang ini juga sering di gunakan untuk tempat berhala misalnya yang ada di salah satu Desa di Bone yang dinamakan puangna "Lagellang". Akan di bahas pada poatingan yang akan datang.

Kata ini harus digunakan dalam berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari karena jika tidak biasanya akan ada yang merasa tersinggung.




Senin, 23 September 2019

SEJARAH SINGKAT IMAM SYAFI'I


1. Putra Kelahiran Palestina
Imam Syafi'i dilahirkan pada 150 Hijriah, bertepatan dengan wafatnya Imam Abu Hanifah. Mayorita riwayat menyatakan bahwa Syafi'i dilahirkan di Ghaza,Palestina.

2. Nasab yang Mulia
Nama lengkap Imam Syafi'i adalah Abu Abdillah Muhammad ibn Idris Ibn al-Abbas ibn Utsman ibn Syafi' ibn al-Sa'ib ibn 'Ubaid ibn Abd Yazid ibn Hasyim ibn Muthallib ibn Abdi Manaf. Akar nasab Syafi'i bertemu dengan akar nasab Nabi saw, tepatnya di moyangnya bernama Abdi Manaf.

Abdi Manaf adalah moyang Nabi saw yang memiliki empat putra: Hasyim, darinya terlahir Nabi saw; Muthallib, darinya terlahir Imam Syafi'i ; Naufal,kakek dari Jabir ibn Muth'im; dan Abd Syams, kakek moyang Bani Umayyah. Dengan demikian, nadab keluarga Muhammadibn Idrisibn Abdullah al-Syafi'i bertemu dengan nasab Nabi, tepatnya di Abdi Manaf sebagai kakek moyang Nabi saw.

3. Ibunda Sang Pembimbing
Ibunda Imam Syafi'i berasal dari Azad,salah satu kabilah Arab yang masih murni. Ia tidak termasuk kabilah Quraisy, meskipun sekelompok orang fanatik terhadap Imam Syafi'i mengaku bahwa ibunda Syafi'i berasal dari kaum Quraisy Alawi. Pendapat yang benar adalah ia berasal dari kaum Azad karena riwayat-riwayat yang bersumber dari Syafi'i menegaskan bahwa ibunya berasal daei Azad.

Ibunda Imam Syafi'i taat beribadah dan berakhlak mulia. Di antara hal menarik tentang kecerdasannyaadalah saat ia menjadi saksi di hadapan pengadilan Makkah bersama seorang saksi perempuan lain dan seorang saksi laki-laki

4. Hidup Miskin
Syafi'i terlahir dsei seorang bapak keturunan Quraisy. Bapaknya meninggal ketika Syafi'i masih dalam buaian. Syafi'i hidup sebagai anak yatim dan miskin, sementara nasabnya sangat mulia. Jika kemiskinan disandingkan dengan keturunan yang mulia maka orang yang dalam kondisi ini akan tumbuh baik, memiliki akhlak yang lurus dan menempuh jalur yang mulia. Kemiskinan yang disertai dengan nasab yang mulia inilah yang membuat Syafi'i kecil dekat dengan masyarakat dan ikut merasakan penderotaan mereka. Syafi'i sering berbaur dengan mereka dan merasakan apa yang mereka rasakan.